Cara membaca Teori
Pengembangan Diri dan cara menyikapinya
1.
Potensi manusia itu tak terbatas.
Potensi di sini makudnya adalah berbagai kapasitas di dalam diri kita yang
masih berbentuk bahan baku. Namanya juga bahan baku. Bahan baku
itu bisa diolah menjadi bentuk apa saja, tergantung proses pengolahannya.
Karena itu, kata Prof. Howard Gardner, istilah-istilah yang ia kemukakan dalam
teorinya tentang kecerdasan itu bukanlah domain bawaan yang sudah baku dan
begitu adanya, melainkan sebuah "new construct". Artinya, orang
akan memiliki kecerdasan Intrapersonal apabila potensi yang dikembangan selama
ini lebih banyak mengarah pada terbentuknya kecerdasan ini. Kecerdasan
Intrapersonal yang ia miliki adalah bentukan baru (new construct) dari
diri orang itu.
Dengan
kata lain, karena potensi yang kita miliki itu hanya sedikit sekali yang bisa
dijelaskan dengan istilah-istilah bahasa, maka jangan sampai kita menggunakan
istilah-istilah itu untuk membatasi diri. Pilihan yang bisa kita ambil adalah,
kita bisa menjadikan pekerjaan atau penugasan yang diberikan ke kita sebagai
ruang atau wilayah untuk mengungkap berbagai potensi yang belum ada bahasanya. Sangat
mungkin sekali kita bisa menemukan potensi dasar yang bisa dijadikan keunggulan.
2. Kemampuan
dasar manusia itu punya sifat fleksibel, dalam arti bisa diterapkan ke berbagai
pekerjaan atau profesi apapun. Dari penjelasan para ahli dapat kita simpulkan
bahwa yang mereka katakan tentang bakat, kecerdasan, kepribadian, dan lain-lain,
itu sebagian besarnya tidak terkait dengan pekerjaan, profesi atau sebutan
tertentu, melainkan lebih terkait dengan peranan yang bisa kita lakukan.
Mengacu pada pendapat ini berarti di semua pekerjaan atau profesi atau jabatan
yang ditugaskan ke kita, pada dasarnya masih tetap ada peranan-peranan tertentu
yang match dengan bakat, kecerdasan, atau kepribadian kita. Salah
seorang kenalan saya tidak bisa berartikulasi secara verbal layaknya seorang network builder yang kita bayangkan. Tetapi
prakteknya tidak begitu.
Artinya,
terkadang terlalu dini kita menyimpulkan tidak cocok jadi marketer, network
builder, negosiator, dan lain-lain hanya karena kita merasa sebagai orang
introvert atau intrapersonal.
Kemungkinan besar yang terjadi adalah, kita belum menemukan peranan yang
benar-benar pas untuk kita mainkan di pekerjaan itu. Untuk bisa menemukannya
memang butuh experiencing.
3.
Acuan untuk mengembangkan-diri. Pada
prakteknya memang yang akan terjadi adalah, ada peranan tertentu yang kita
mainkan dengan bagus dan ada yang kurang atau belum bagus. Yang
pertama kita sebut keunggulan dan yang kedua kita sebut kelemahan. Ini
perlu kita akui secara fair. Memang tidak ada manusia yang sempurna di segala
bidang.
Nah, teori-teori yang sudah diungkap
para ahli dengan susah payah itu akan lebih bagus kalau kita jadikan acuan
untuk mengembangkan diri berdasarkan perkembangan keadaan kita. Misalnya
untuk keperluan melanjutkan kuliah, melakukan otodidak keahlian, dan lain-lain.
4.
Skala kompetensi. Ada skala kompetensi
tertentu yang sering kita asumsikan sebagai bakat bawaan atau kecerdasan
bawaan, padahal itu bukan. Contoh yang paling tepat di sini adalah entrepreneurship (kewirausahaan). Banyak
yang mengasumsikan dirinya berbakat untuk menjadi pengusaha atau sebaliknya.
Padahal
kalau kita lihat di teorinya dan di prakteknya, entrepreneurship itu skala kompetensi yang paling tinggi. Siapapun
bisa menjadi entrepreneur asalkan yang bersangkutan mengasah sifat, skill, atau
kebiasaan-kebiasaan yang dibutuhkan untuk menjadi entrepreneur. Ini
misalnya saja kemampuan mengkalkulasi peluang dan ancaman, keuntungan dan
kerugian, efektivitas dan efisiensi, pendelegasian, menciptakan gagasan yang
layak jual, dan seterusnya. Soal
bidangnya apa, cara kerjanya bagaimana, tekniknya seperti apa, ini soal lain.
Karena
untuk menjadi pengusaha itu bisa dilakukan semua orang, makanya sekarang ini
muncul berbagai sebutan. Ini misalnya saja pengusaha alamiah, pengusaha ilmiah
(pengusaha yang mendapatkan pendidikan usaha dari pendidikan formal), ada corporate
entrepreneur, social entrepreneur, dan lain-lain. Jadi,
menjadi pengusaha adalah soal melatih jiwa, naluri, dan skill.
5.
Jangan menyimpulkan diri sendiri
dengan batasan-batasan yang makin membatasi (fixed ability). Ini yang
disarankan oleh seorang pakar Psikologi dari Yale University, Stenberg.
Kemampuan yang kita miliki itu pada dasarnya, menurut dia, adalah developing
ability. Berkembang di sini maksudnya adalah terus meningkat atau terus
meluas berdasarkan usaha-usaha yang kita lakukan.
0 komentar:
Posting Komentar